Ternyata situs yg tidak penting (tapi dianggap penting sama lebih dari 13 juta manusia lain di dunia dan saya ikut jadi anggotanya *grin*) ikut-ikutan menyediakan fasilitas blogging di situsnya. Hmm... weblogging jadi fasilitas yang makin tenar nih. Sampe-sampe bapak ini nulis di Jakarta Post edisi 21 Februari tentang betapa weblogging yang oleh kaum muda *dan kaum yg berjiwa muda kayak saya* dianggap sebagai sesuatu fenomena yang tengah ngetrend, bisa menjadi alat pembelajaran yang asyik buat semua kalangan. (Selengkapnya bisa dibaca di blognya yg serius tapi santai ini).
Soal penerapan blogging di pengajaran bahasa Inggris *bidang saya* udah banyak dibahas. Saya sendiri udah pernah bikin tulisan acak adul di sini. Satu aja yg bikin saya concern, yang namanya koneksi internet di Indo, belum bisa mendukung penerapan tehnologi yang berbasiskan internet di sekolah-sekolah. Lha wong akses internet masih dudul, mahal pula, makin sulitlah guru-guru yang sok idealis macam saya dan udah merasakan nikmatnya akses internet di negeri orang yg serba wus-wus-wus dan relatif murah, untuk menerapkan jurus-jurus yg saya dapat setelah kuliah gila-gilaan di sini. Balik-baliknya, teman-teman sesama guru berkomentar, "susah tuh diterapin di sini!". Serba repot!
Tapi, perspektif saya soal ini selalu sama. Kalau suatu tehnologi itu dilihat punya potensi kebaikan, walaupun dana yg ada pas-pasan, pasti diusahakan untuk bisa diadakan. Tapi kalau belum-belum sudah dianggap bahwa tehnologi ini nggak ada potensinya, susah diterapkan, pokoknya yang serba negatif-negatif, ya walaupun punya duit segepok, tetep aja nggak akan dialokasikan itu duit untuk pengadaan tehnologi. Makanya, usaha-usaha untuk membuka mata publik bahwa tehnologi ini punya potensi harus terus-menerus digalakkan.
Ada yang mau berkomentar? Silahkan...